ANALOGI KEPITING

Oleh : Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia
Dalam setiap penciptaan makhluk, Tuhan senantiasa mengirimkan pesan atau makna di balik keberadaannya, tak terkecuali dalam penciptaan kepiting. Tulisan ini akan mengulas hewan unik ini dan analoginya pada manusia.
Kepiting merupakan hewan dengan tampilan luar kurang menarik, namun memiliki daging bercitarasa lezat. Kulitnya yang keras menjadikan hewan ini tahan terhadap segala cuaca dan ancaman, sehingga organ-organ dalamnya terlindung dengan baik. Hal ini merupakan cerminan ketegaran dan kekuatan. Jika diibaratkan manusia, kepiting pastilah tipikal orang yang kuat, tahan banting dan mampu melindungi dirinya (dan hatinya) dengan amat baik.
Warna kulitnya yang gelap memungkinkan kepiting bersembunyi di balik batu dan menyamarkan keberadaannya. Hal ini dapat diartikan sebagai sifat rendah hati dan tidak suka unjuk kemampuan jika dianggap tidak perlu. Penampilannya sontak berubah ketika direbus dalam air mendidih, warna kulitnya berubah menjadi merah menggiurkan. Saya memaknai hal ini sebagai seseorang yang ketika ditimpa kesulitan hidup yang amat berat, ia justru menyikapinya dengan mengerahkan kemampuan atau upaya terbaik yang dimilikinya, sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut. Jadi, kepiting ibarat orang yang sepanjang hidup memelihara sifat rendah hati dan selalu menyimpan kualitas terbaik dirinya untuk digunakan pada saat-saat yang penting dan genting.
Meskipun tampak sederhana, kepiting memiliki senjata berupa sepasang capit yang setiap saat dapat digunakan untuk membela diri manakala ada pemangsa yang mengganggu ketenteramannya. Sekali waktu, kepiting siap mempertahankan kehormatannya dengan sebuah capitan keras. Jadi kepiting bukan tipikal pribadi yang lemah karena bersikap sederhana, tetapi pribadi idealis fleksibel. Jumlah kaki kecil yang banyak, membantu kepiting berlari secepat kilat ketika merasa terancam. Ini menunjukkan kecepatan dan kegesitan dalam bertindak.
Sepasang mata bulat hitam kecil, tapi sangat awas yang dimiliki kepiting dapat dianalogikan sebagai sifat waspada, melihat sesuatu secara luas, dan selalu mengamati situasi di sekelilingnya. Percuma punya mata besar, tetapi banyak melewatkan hal-hal yang penting. Sepasang antena kecil tipis, memperlihatkan tipikal pribadi yang peka dan penuh kehati- hatian.
Selain itu, di balik penampilannya yang nge-rock, urakan, sedikit sangar, dan 'nyentrik', kepiting ternyata memiliki daging yang sangat lezat, sehingga menjadikannya komoditi ekspor dengan harga selangit dan menghiasi daftar menu restoran-restoran terkenal.
Terakhir, kepiting menyimpan telur-telurnya yang berkualitas, yang menjadi incaran restoran-restoran mahal di dunia, di dalam tempurungnya yang keras. Lagi-lagi, kepiting menyimpan sisi terbaik dari dirinya dengan amat sempurna, sehingga kita tidak pernah melihat telur kepiting di luar kulitnya. Hal ini dapat dianalogikan sebagai orang yang selalu menjauhkan diri dari segala bentuk kesombongan dan sangat berkharisma. Hebat tapi tetap low profile...
Dari ulasan di atas, dapat diambil pelajaran bahwa dalam menilai seseorang jangan hanya dari tampak luarnya. Bisa jadi seseorang tampak luarnya kurang menarik, tetapi memiliki sesuatu yang sangat berharga di dalamnya atau inner beauty, antara lain dapat berwujud keramahan, ketulusan hati, dan kecantikan pribadi.
Saya rasa kita semua sepakat bahwa kepiting adalah hewan yang sangat memikat... bila saja kita mau sedikit belajar dari pesan-pesan Tuhan yang mungkin dititipkan padanya. Semoga analogi ini bermanfaat, sehingga kita dapat menjadi pribadi-pribadi yang tetap sederhana, rendah hati, tetapi selalu menggali kualitas terbaik yang dimiliki sehingga mampu bertransformasi menjadi...KEPITING SUPER.
Salam Hangat