Belajar Tidak Selalu (Harus) Meniru....

Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri,meniru atau meneladani merupakan cara belajar yang paling banyak dilakukan.Balita belajar berbicara dengan menirukan cara berbicara orangtuanya dan orang lain yang ada di sekelilingnya. Jika kita memasuki lingkungan baru atau komunitas baru, maka kita akan berusaha sedapat mungkin untuk menjadi bagian dari mereka, antara lain dengan meniru gaya berbicara mereka. Oleh karenanya, setiap komunitas sosial pasti memiliki logat bicara tertentu yang membedakannya dari komunitas lain,dan menjadi identitas komunitasnya.
Belajar dengan cara meniru juga banyak dilakukan pada hal-halyang bersifat teknis-mekanis. Meskipun demikian, belajar hanya dengan cara meniruadalah suatu kekeliruan. Ada banyak cara belajar lain selain meniru. Bahkan, tidak semua keahlian yang kita kuasai saat inidiperoleh dengan cara meniru.
Setiap manusiamemiliki dayakreasi, yang memungkinkannya untuk menguasai atau menciptakan sesuatu, tanpa harus meniru secara keseluruhan dari orang lain. Daya kreasi yang terasah dengan baik akan melahirkan sesuatu yang baru, yang pada akhirnya akan ditiru banyak orang sebagai bahan pembelajaran. Selain diperlukan dalam menciptakan sesuatu yang baru, daya-kreasi jugamampumencegah kita untuk bertindak ‘asal tiru’. Rendahnya daya-kreasi cenderung akan menjerumuskan seseorang pada pola belajar ‘asal tiru’ .
Daya-kreasi bersahabat erat dengan dayainovasi, dan tidak pernah sinkrondengan dayatiru.Orang yang doyan meniru, apalagi jika yang ditirunya tidak sesuai dengankata hati atau kepribadiannya, tidak sesuai dengan kebiasaan, adat dan budaya di lingkungan tempathidupnya, dipastikan tak akan pernah menemukan sesuatu yang baru.
Dua Modal dalam Proses Belajar
Orang berdaya kreasi tinggi akan menganut falsafah hidup “long life learning”agar daya kreasinya selalu terasah. “Rasa ingin tahu” dan “rasa ingin bisa” merupakan dua modal dasar dalam belajar. Jika kedua modal dasar itukitamiliki, maka kitabisa belajar dimanadan kapan saja seumurhidupkita. Keduamodal inilah yang membentuk apa yang kita kenal sebagai“niat belajar”.
Belajar sebetulnya merupakan kegiatan rutindalam kehidupan setiap manusia. Yang membedakan adalah intensitasnya, ada yang mampu melakukannya secara intensif dan ada yang tidak. Pada dasarnya proses belajar adalah bagaimana mengarahkan dan mengerahkan“rasa ingintahu” dan “rasa ingin bisa” secara tepat.Mereka yang dapat melakukan hal tersebut akan mampu belajar secara intensif.
Banyak yang beranggapan bahwa belajar adalah kegiatan yang ditujukan semata-mata untuk menghimpun berbagai jenis informasi. Ini merupakan anggapan yangkeliru. Memangbenar menghimpun informasi sebanyak mungkin merupakan salahsatu kegiatandalam proses belajar. Namun, belajar bukanlah semata-mata menghimpun informasi, menjejali gudang ingatan dengan berbagai jenis informasi –yang tak jarang malah sedikit sekali relevansinya dengan kehidupan ini sendiri dan bagaimana menjalani hidup.
Di masa kecil,sekedar untuk mengucapkan satu dua patahkata saja kita harus belajar. Setelah dewasa, banyak di antarakita yang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan atau menjelaskan sesuatu yang kita ketahui dan pahami dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa tahusaja belumlah cukup. Pengetahuan yang sudah dimiliki harusdiikuti dengankemampuan atau bisamengekspresikan dan menerapkan pengetahuan tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan sosial dan alam secara keseluruhan.
Untuk menerapkan falsafah hidup “long life learning”, kita harus memupuk “rasa ingin tahu” dan “rasa ingin bisa”.Memupuk berarti memungkinkan pembelajaran berlangsung terus-menerus seumurhidup. Hal ini didukung hasil penelitian para ahli yang menemukan fakta bahwatidak ada batasan ruang dan waktu bagimanusia untukterus belajar.
Bagaimana penerapan konsep diatas dalam menjalankan profesikita? Sebagai pegiat grafika, menanggapi berita tertundanya UN karena naskah terlambat dikirimkan, kitapun bertanya.. “Apakah kita akan mengambil pelajarandari keterlambatan pengiriman hasil cetakan ke pelanggansehingga kita akan bekerja lebih baik dan lebih cermat? atau kita akan menirunyasehingga kesalahan yang sama akan terulang dan terulang kembali...?”
Salam Sukses dan Positif..!!
Tag : Majalah Percetakan | Majalah Percetakan Offset | Majalah Percetakan Sablon | Majalah Percetakan Screen Printing | Majalah Percetakan Digital | Komunitas Printing Indonesia | KOPI Grafika | Sablon Indonesia | Percetakan Indonesia | Komunitas Sablon Indonesia | Komunitas Percetakan Offset | Printex | Indonesia Print Media | Print Media | Print Pack | Buku Teknik Cetak Offset | Buku Teknik Cetak Sablon | Buku Teknik Pewarnaan | Buku Teknik Desain | Cara Mencetak Offset | Cara Mencetak Sablon |